Sebanyak 156 ribu wajib pilih, akan menjadi penentu arah masa depan Kabupaten Muna. Kurun waktu lima tahun mendatang, Muna akan berubah atau berjalan stagnan!? Pertanyaan ini seolah menjadi misteri menakutkan ditengah sulitnya perputaran ekonomi.
Muna yang diketahui sebagai pilar berdirinya Provinsi Sulawesi Tenggara, kini jauh tertinggal dari tiga Daerah lainnya seperti Buton, Kendari dan Kolaka. Bahkan seiring kemajuan waktu, Muna jauh dilampaui oleh Daerah otonomi yang belum lama terbentuk baik diwilayah daratan maupun di Kepulauan.
Sulitnya Muna berkembang pesat, banyak disebutkan karena bukan Daerah tambang. Padahal, pertambangan bukan satu-satunya sektor yang dapat mensejahterakan masyarakat.
Puluhan ribu masa hadiri kampanye Akbar Bachrun-Asrafil, Selasa 19 November 2024. |
Di Indonesia, wilayah yang mengelola pertambangan hanya sebahagian kecil saja. Sementara, dibelahan lainnya mengandalkan sektor perdagangan, peternakan, perikanan dan perkebunan/pertanian.
Kolaka Utara misalnya, Daerah irisan Kabupaten Kolaka itu sukses dengan perkebunan cengkeh dan kakao dengan lahan yang tidak terlalu luas. Sementara, jika dibandingkan dengan Muna, jauh lebih luas.
Muna memang tidak ada tambang, tetapi luas wilayah pertaniannya banyak mengalahkan Daerah di Sulawesi Tenggara. Pertanyaan berikut, kenapa tidak sukses!? Itu disinyalir karena belum ada pemimpin yang serius menggarap komoditas unggulan berdasarkan potensi wilayah.
Muna diakui banyak orang pintar, terbukti Universitas Haluoleo (UHO) Kendari sebagai kampus nomor 1 di Sultra dipimpin orang Muna sejak 20 tahun lalu oleh orang berbeda. Lagi-lagi kenapa Daerahnya tidak maju!? jawabannya masih sama, tidak ada pemimpin yang fokus mengelola potensi yang ada.
Kendati Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tinggal menghitung hari, tetapi masih ada waktu untuk memikirkan Pemimpin yang tepat lima tahun kedepan. Muna butuh Pemimpin yang berani bertindak menggarap potensi alam, pemimpin yang sungguh-sungguh ingin meningkatkan APBD, pemimpin yang memikirkan kesejahteraan masyarakat.
Tiga aspek tersebut ada di visi-misi Bachrun-Asrafil, yaitu Paslon nomor urut 1.
Programnya mencanangkan ketahanan pangan dibidang pertanian lewat penanaman jagung kuning, diyakini mampu mengentaskan problematik yang ada. Bachrun, bakal menggerakkan seluruh stakeholder untuk menyukseskan program jagung kuning.
Puluhan ribu hektar lahan akan digarapnya ditahun 2025, bahkan diperiode berikut ia sudah merencanakan ratusan ribu hektar lahan penanaman jagung kuning. Mengapa jagung kuning!? Bachrun seringkali menjelaskan kepada masyarakat dimasa cuti kampanyenya disemua wilyah, bahwa jagung kuning jangka waktu panennya hanya 4 bulan.
Empat bulan, masyarakat sudah petik hasil. Tekadnya untuk menggerakan seluruh stakeholder, Bachrun meyakini Daerah akan meraup keuntungan melebihi jumlah APBD Muna dalam sekali panen. Belum lagi, jagung kuning dua kali panen setahun.
Bachrun yang saat ini selaku Plt Bupati Muna, sudah mendatangkan bibit jagung kuning puluhan ribu ton untuk masa tanam bulan November-Desember 2024. Kemudian tahun depan, jumlahnya akan meningkat lagi setelah lahan sudah selesai diolah mengingat dirinya masih Bupati Muna hingga tahun 2025.
Dan periode berikut ketika terpilih, Muna bangkit dari ketertinggalan. Hal itu jugalah yang membuat tokoh politik Kabupaten Muna LM. Taufan Alam mendukung Paslon nomor urut 1, sebab melihat programnya yang rasional.
Pada suatu kesempatan kampanye Bachrun-Asrafil, Taufan merefleksikan perjalanan Sulawesi Selatan (Sulsel). Kata dia, Provinsi terdekat Sulawesi Tenggara itu dahulu juga sulit berkembang. Tetapi setelah pemimpinnya memprogramkan ketahanan pangan, Sulsel menjadi pesat.
Maka dari itu, Taufan sangat yakin bahwa Muna akan maju ditangan Bachrun-Asrafil. Saat orasi politiknya ketika itu, Taufan mengajak masyarakat agar memilih nomor urut 1. "Hasrul"
0 Komentar